Minggu, 11 Januari 2015

PERHATIKAN SANITASI DEMI MASA DEPAN




Sanitasi merupakan suatu usaha membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Tujuan dari sanitasi adalah untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Beberapa contoh sanitasi yang baik yaitu penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah, kebiasaan membuang sampah pada tempat-tempat yang telah ditentukan tersebut, ada tim petugas kebersihan dan jadwal pengangkutan sampah secara teratur, ada sistem saluran pembuangan air yang baik untuk menghindari genangan air, gerakan dan lain sebagainya.
Di Indonesia sering terjadi kasus sanitasi. Ada dua faktor penyebab kasus sanitasi, yaitu ketidakpedulian dan kekurangan dana.

Sering kita lihat banyak masyarakat masih tidak peduli dengan sanitasi. Ketidakpedulian inilah yang menjawab keluhan masyarakat tentang banjir yang selalu datang setiap tahun, bahkan nyaris setiap bulan, dan tak pernah bisa diatasi. Selain itu, faktor ketidakpedulian tersebut dapat pula sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan, seperti: mengapa buah hati mereka yang masih balita terkena diare, mengapa udara tidak sejuk lagi, dan mengapa tanah menjadi tandus. Setelah dilanda musibah tersebut, biasanya mereka akan menyalahkan pemerintah. Mereka menganggap pemerintah tidak sigap dalam menangani masalah tersebut. Padahal merekalah yang juga kurang peduli terhadap sanitasi.

Ketidakpedulian masyarakat bisa kita lihat di aliran Sungai Ciliwung. Warna sungai ini tidak pernah jernih alias senantiasa kotor. Yang kita lihat bukannya ikan-ikan, melainkan malah sampah yang menggunung hingga ke permukaan sungai. Itu baru yang kita lihat di depan mata. Bagaimana dengan keaadan di bawahnya? Dari permukaannya saja sudah terlihat begitu kotor, apa lagi di dasar sungainya. Mungkin sampah-sampah telah berdesak-desakan di bawah sana. Dan itulah salah satu penyebab banjir sebagai akibat dari ketidakpedulian masyarakat terhadap sanitasi.

Berbicara tentang sampah, terbetik berita bahwa volume sampah di Jakarta ternyata melebihi kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) (sumber: Ni Ketut Seni Ariati, 2010). Melihat kenyataan ini, kiranya perlu dipikirkan kembali sistem pengelolaan sampah sebagai salah satu upaya meraih sanitasi yang baik.

Jika kita mendengar kata-kata kompleks perumahan elit, sudahtentu  terbayang di pikiran kita gambaran tentang rumah-rumah yang besar, mewah, dan indah dengan lingkungannya yang bersih. Namun, bila kita saksikan berita di televisi, mungkin kita hanya bisa menggelengkan kepala. Banjir yang melanda, bahkan menenggelamkan rumah-rumah mewah tersebut membuat kita hanya bisa berdecak heran dan bertanya-tanya, mengapa rumah elit yang tampaknya bersih lingkungannya itu bisa mengalami banjir? Jika kita terjun langsung ke lapangan, dapat dijumpai bahwa selokan dan kali-kali di perumahan elit ternyata juga tidak semuanya berfungsi dalam memperlancar aliran air. Sampah jugalah yang menyebabkan selokan tersumbat dan akhirnya terjadilah banjir. Oleh karena itu, para pengembang (developer) wajib memperhatikan sistem saluran pembuangan air, kotoran, dan sampah dalam rangka mendukung sanitasi yang baik agar tidak berakibat fatal pada keselamatan dan kesehatan masyarakat.

Di lingkungan sekolahan pun, tidak sedikit murid-murid yang terjangkit “penyakit” ketidakpedulian terhadap sanitasi lingkungan. Pada awalnya lingkungan sekolah, seperti lapangan olah raga, halaman bermain, taman, kebun, dan selokan tampak bersih. Namun, saat istirahat telah tiba, di sudut-sudut halaman, teman, kebun, dan di sepanjang selokan bertebaran berbagai jenis sampah, baik organik maupun non-organik, bekas makanan dan minuman. Sungguh menyedihkan melihat pemandangan yang tidak sedap ini di depan mata.

Tidak hanya itu, kita sering mendengar berita bahwa diare telah merenggut nyawa balita. Jika kita mengalami diare, kita sering menganggap diare hanyalah penyakit biasa. Sebenarnya diare adalah penyebab dehidrasi atau kekurangan air dalam tubuh. Padahal, air adalah kandungan terbesar dalam tubuh. Lalu, apa yang membuat diare sebagai salah satu masalah sanitasi? Penyebab diare adalah peradangan usus yang disebabkan oleh bakteri dan virus, keracunan makanan, alergi terhadap susu dan hilangnya kekebalan tubuh. Dari sekian penyebab, yang memiliki sangkut paut dengan sanitasi adalah bakteri dan virus. Bakteri dan virus disebabkan oleh orang-orang yang membuang hajat sembarangan. Lalat akan menjadi penghantarnya. Ia akan terbang dari kotoran tersebut dan menempel pada makanan manusia. Sehingga bakteri-bakteri tersebut akan menempel pada makanan yang akan dicerna oleh lambung. Akibatnya terjadi peradangan pada usus.

Sebagaimana permasalahan sanitasi yang telah disebutkan di depan, permasalahan diare juga disebabkan oleh dua faktor, yaitu kurangnya dana dan kurangnya kepedulian masyarakat. Asal muasalnya adalah kekurangan dana. Jika kita melihat tayangan berita di televisi, perumahan kumuh dekat dengan daerah pembuangan sampah rata-rata tidak memiliki MCK. Kalaupun ada MCK, bisa dibilang hanya sekedar “pajangan” karena sudah tidak layak pakai. Dari situlah banyak masyarakat yang buang hajat sembarangan. Mereka tidak peduli dengan kesehatan lingkungan. Yang penting bagi mereka rasa “kebeletnya” teratasi.

Masalah sanitasi juga berkaitan dengan pencemaran udara. Kalau kita ketahui pula, Jakarta adalah kota yang paling bermasalah dengan polusi udara. Banyaknya populasi kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat karbonmonoksida adalah salah satu faktor pencemaran udara. Karbonmonoksida bisa menyebabkan kanker paru-paru, asma dan penyakit pernapasan yang mengakibatkan kematian. Tak hanya itu, asap rokok pun juga termasuk permasalahan sanitasi. Asap rokok dapat merugikan, baik bagi orang yang merokok (perokok aktif) maupun bagi orang di sekitarnya yang ikut menghirup asap tersebut (perokok pasif). Dari sudut medis telah banyak diutarakan bahwa rokok itu sendiri merupakan benda penjemput maut bagi para pengguna dan para penghirup di sekitarnya.

Selain berkaitan dengan air dan udara, masalah sanitasi juga berkaitan dengan tanah. Tanah tandus bisa terjadi karena sistem pengairan yang salah. Selain sistem pengairan yang salah, penebangan pohon secara membabi buta juga merupakan faktor yang membuat tanah menjadi tandus, karena air tidak bisa meresap ke dalam tanah dengan baik, yang akhirnya lagi-lagi menjadi banjir.

Dengan demikian ada hubungan yang saling terkait antara air, tanah, dan udara dengan sistem sanitasi lingkungan yang membentuk suatu siklus kehidupan. Jadi ada hubungan sebab-akibat di antara ketiga unsur tersebut dalam suatu sistem sanitasi lingkungan. Dari hubungan sebab-akibat itu tampaknya peristiwa banjir merupakan peristiwa yang paling mendominasi berita-berita di media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini. Sedangkan penyebab dan akibat dari banjir itu sendiri kurang mendapat telaah yang proporsional. Padahal penyebab banjir seperti disiplin dan budaya membuang sampah, memelihara saluran pembuangan air (baik rumah tangga maupun pabrik-pabrik industri), penanaman pohon, tidak kalah pentingnya untuk mendapatkan perhatian. Demikian pula akibat dari banjir itu, seperti penanganan pengungsi, evakuasi korban, penyediaan sandang, pangan, dan obat-obatan, termasuk pencegahan penyakit, merupakan hal-hal yang perlu pengelolaan secara sistematis. Jika faktor-faktor penyebab dan akibat itu tidak mendapat perhatian secara proporsional, dan kurang ditangani secara baik, akan berakibat pada menurunnya kesehatan masyarakat dan bahkan bisa merenggut nyawa. Dengan kata lain, jika salah satu mata rantai dalam rangkaian sistem sanitasi lingkungan mengalami gangguan, maka akan berakibat pada lingkungan kesehatan masyarakat yang memburuk. Oleh karena itu kita sebagai warga bangsa, baik dari jajaran pemerintah maupun masyarakat, wajib turut bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan, dalam kaitan ini adalah dengan memperhatikan dan menerapkan sistem sanitasi yang baik.

          Lalu bagaimana cara menerapkannya? Sederhana saja, misalnya dengan membudayakan tidak membuang sampah sembarangan atau membuang sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, mengadakan kerja bakti secara rutin (bisa minimal sebulan sekali sesuai kesepkatan warga setempat), memperhatikan kebersihan saluran pembuangan air, melakukan penghijauan, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi untuk hal-hal yang tidak penting, melakukan sistem tebang pilih, merawat halaman rumah dan menjaga kebersihan taman kota. Kemudian, yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menangani kasus diare dengan membuat MCK di daerah kumuh dan pemberian obat gratis.

          Maka dari itu kita harus peduli sanitasi karena peduli sanitasi, terutama sanitasi lingkungn sama dengan peduli kehidupan kita di masa depan, menyelamatkan bumi untuk kehidupan generasi penerus kita di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar