Sanitasi merupakan suatu usaha membina
dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan
masyarakat. Tujuan dari sanitasi adalah untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Beberapa
contoh sanitasi yang baik yaitu penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah,
kebiasaan membuang sampah pada tempat-tempat yang telah ditentukan tersebut,
ada tim petugas kebersihan dan jadwal pengangkutan sampah secara teratur, ada
sistem saluran pembuangan air yang baik untuk menghindari genangan air, gerakan
dan lain sebagainya.
Di Indonesia sering terjadi kasus
sanitasi. Ada dua faktor penyebab kasus sanitasi, yaitu ketidakpedulian dan
kekurangan dana.
Sering kita lihat banyak masyarakat
masih tidak peduli dengan sanitasi. Ketidakpedulian inilah yang menjawab keluhan
masyarakat tentang banjir yang selalu datang setiap tahun, bahkan nyaris setiap
bulan, dan tak pernah bisa diatasi. Selain itu, faktor ketidakpedulian tersebut
dapat pula sebagai jawaban atas berbagai pertanyaan, seperti: mengapa buah hati
mereka yang masih balita terkena diare, mengapa udara tidak sejuk lagi, dan
mengapa tanah menjadi tandus. Setelah dilanda musibah tersebut, biasanya mereka
akan menyalahkan pemerintah. Mereka menganggap pemerintah tidak sigap dalam
menangani masalah tersebut. Padahal merekalah yang juga kurang peduli terhadap
sanitasi.
Ketidakpedulian masyarakat bisa kita
lihat di aliran Sungai Ciliwung. Warna sungai ini tidak pernah jernih alias senantiasa
kotor. Yang kita lihat bukannya ikan-ikan, melainkan malah sampah yang menggunung
hingga ke permukaan sungai. Itu baru yang kita lihat di depan mata. Bagaimana
dengan keaadan di bawahnya? Dari permukaannya saja sudah terlihat begitu kotor,
apa lagi di dasar sungainya. Mungkin sampah-sampah telah berdesak-desakan di bawah sana. Dan itulah salah
satu penyebab banjir sebagai akibat dari ketidakpedulian masyarakat terhadap sanitasi.
Berbicara tentang sampah, terbetik
berita bahwa volume sampah di Jakarta ternyata melebihi kapasitas Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) (sumber: Ni Ketut Seni Ariati, 2010).
Melihat kenyataan ini, kiranya perlu dipikirkan kembali sistem pengelolaan
sampah sebagai salah satu upaya meraih sanitasi yang baik.
Jika kita mendengar kata-kata kompleks perumahan
elit, sudahtentu terbayang di pikiran
kita gambaran tentang rumah-rumah yang besar, mewah, dan indah dengan
lingkungannya yang bersih. Namun, bila kita saksikan berita di televisi, mungkin
kita hanya bisa menggelengkan kepala. Banjir yang melanda, bahkan menenggelamkan
rumah-rumah mewah tersebut membuat kita hanya bisa berdecak heran dan bertanya-tanya,
mengapa rumah elit yang tampaknya bersih lingkungannya itu bisa mengalami
banjir? Jika kita terjun langsung ke lapangan, dapat dijumpai bahwa selokan dan
kali-kali di perumahan elit ternyata juga tidak semuanya berfungsi dalam
memperlancar aliran air. Sampah jugalah yang menyebabkan selokan tersumbat dan
akhirnya terjadilah banjir. Oleh karena itu, para pengembang (developer) wajib
memperhatikan sistem saluran pembuangan air, kotoran, dan sampah dalam rangka
mendukung sanitasi yang baik agar tidak berakibat fatal pada keselamatan dan kesehatan
masyarakat.
Di lingkungan sekolahan pun, tidak
sedikit murid-murid yang terjangkit “penyakit” ketidakpedulian terhadap
sanitasi lingkungan. Pada awalnya lingkungan sekolah, seperti lapangan olah
raga, halaman bermain, taman, kebun, dan selokan tampak bersih. Namun, saat
istirahat telah tiba, di sudut-sudut halaman, teman, kebun, dan di sepanjang selokan
bertebaran berbagai jenis sampah, baik organik maupun non-organik, bekas
makanan dan minuman. Sungguh menyedihkan melihat pemandangan yang tidak sedap
ini di depan mata.
Tidak hanya itu, kita sering mendengar
berita bahwa diare telah merenggut nyawa balita. Jika kita mengalami diare,
kita sering menganggap diare hanyalah penyakit biasa. Sebenarnya diare adalah
penyebab dehidrasi atau kekurangan air dalam tubuh. Padahal, air adalah
kandungan terbesar dalam tubuh. Lalu, apa yang membuat diare sebagai salah satu
masalah sanitasi? Penyebab diare adalah peradangan usus yang disebabkan oleh
bakteri dan virus, keracunan makanan, alergi terhadap susu dan hilangnya
kekebalan tubuh. Dari sekian penyebab, yang memiliki sangkut paut dengan
sanitasi adalah bakteri dan virus. Bakteri dan virus disebabkan oleh
orang-orang yang membuang hajat sembarangan. Lalat akan menjadi penghantarnya.
Ia akan terbang dari kotoran tersebut dan menempel pada makanan manusia.
Sehingga bakteri-bakteri tersebut akan menempel pada makanan yang akan dicerna
oleh lambung. Akibatnya terjadi peradangan pada usus.
Sebagaimana permasalahan sanitasi yang
telah disebutkan di depan, permasalahan diare juga disebabkan oleh dua faktor,
yaitu kurangnya dana dan kurangnya kepedulian masyarakat. Asal muasalnya adalah
kekurangan dana. Jika kita melihat tayangan berita di televisi, perumahan kumuh
dekat dengan daerah pembuangan sampah rata-rata tidak memiliki MCK. Kalaupun
ada MCK, bisa dibilang hanya sekedar “pajangan” karena sudah tidak layak pakai.
Dari situlah banyak masyarakat yang buang hajat sembarangan. Mereka tidak
peduli dengan kesehatan lingkungan. Yang penting bagi mereka rasa “kebeletnya” teratasi.
Masalah sanitasi juga berkaitan dengan
pencemaran udara. Kalau kita ketahui pula, Jakarta adalah kota yang paling
bermasalah dengan polusi udara. Banyaknya populasi kendaraan bermotor yang mengeluarkan
zat karbonmonoksida adalah salah satu faktor pencemaran udara. Karbonmonoksida
bisa menyebabkan kanker paru-paru, asma dan penyakit pernapasan yang
mengakibatkan kematian. Tak hanya itu, asap rokok pun juga termasuk
permasalahan sanitasi. Asap rokok dapat merugikan, baik bagi orang yang merokok
(perokok aktif) maupun bagi orang di sekitarnya yang ikut menghirup asap
tersebut (perokok pasif). Dari sudut medis telah banyak diutarakan bahwa rokok itu
sendiri merupakan benda penjemput maut bagi para pengguna dan para penghirup di
sekitarnya.
Selain berkaitan dengan air dan udara, masalah
sanitasi juga berkaitan dengan tanah. Tanah tandus bisa terjadi karena sistem pengairan
yang salah. Selain sistem pengairan yang salah, penebangan pohon secara membabi
buta juga merupakan faktor yang membuat tanah menjadi tandus, karena air tidak
bisa meresap ke dalam tanah dengan baik, yang akhirnya lagi-lagi menjadi banjir.
Dengan demikian ada hubungan yang saling
terkait antara air, tanah, dan udara dengan sistem sanitasi lingkungan yang
membentuk suatu siklus kehidupan. Jadi ada hubungan sebab-akibat di antara
ketiga unsur tersebut dalam suatu sistem sanitasi lingkungan. Dari hubungan
sebab-akibat itu tampaknya peristiwa banjir merupakan peristiwa yang paling
mendominasi berita-berita di media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini. Sedangkan
penyebab dan akibat dari banjir itu sendiri kurang mendapat telaah yang
proporsional. Padahal penyebab banjir seperti disiplin dan budaya membuang
sampah, memelihara saluran pembuangan air (baik rumah tangga maupun
pabrik-pabrik industri), penanaman pohon, tidak kalah pentingnya untuk
mendapatkan perhatian. Demikian pula akibat dari banjir itu, seperti penanganan
pengungsi, evakuasi korban, penyediaan sandang, pangan, dan obat-obatan,
termasuk pencegahan penyakit, merupakan hal-hal yang perlu pengelolaan secara
sistematis. Jika faktor-faktor penyebab dan akibat itu tidak mendapat perhatian
secara proporsional, dan kurang ditangani secara baik, akan berakibat pada menurunnya
kesehatan masyarakat dan bahkan bisa merenggut nyawa. Dengan kata lain, jika salah
satu mata rantai dalam rangkaian sistem sanitasi lingkungan mengalami gangguan,
maka akan berakibat pada lingkungan kesehatan masyarakat yang memburuk. Oleh
karena itu kita sebagai warga bangsa, baik dari jajaran pemerintah maupun
masyarakat, wajib turut bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan, dalam
kaitan ini adalah dengan memperhatikan dan menerapkan sistem sanitasi yang baik.
Lalu
bagaimana cara menerapkannya? Sederhana saja, misalnya dengan membudayakan
tidak membuang sampah sembarangan atau membuang sampah pada tempat-tempat yang
telah disediakan, mengadakan kerja bakti secara rutin (bisa minimal sebulan
sekali sesuai kesepkatan warga setempat), memperhatikan kebersihan saluran
pembuangan air, melakukan penghijauan, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
pribadi untuk hal-hal yang tidak penting, melakukan sistem tebang pilih,
merawat halaman rumah dan menjaga kebersihan taman kota. Kemudian, yang harus
dilakukan oleh pemerintah adalah menangani kasus diare dengan membuat MCK di
daerah kumuh dan pemberian obat gratis.
Maka
dari itu kita harus peduli sanitasi karena peduli sanitasi, terutama sanitasi
lingkungn sama dengan peduli kehidupan kita di masa depan, menyelamatkan bumi
untuk kehidupan generasi penerus kita di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar